JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN 6
Modul 2.2 - Pembelajaran Sosial dan Emosional
Refleksi Model 5R : Reporting, Responding, Relating, Reasoning,
& Reconstructing (5R)
Pada minggu ini saya
selaku CGP angkatan 7 Tahun 2022 melakukan pembelajaran modul 2.2. Dalam modul
ini saya mempelajari materi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Refleksi
saya pada modul ini mengggunakan pendekatan 5R yang mencakup ; reporting, responding,
relating, reasoning, reconstructing. Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R
(Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013 ).
Reporting (Melaporkan)
Pembelajaran Sosial
dan Emosional ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik
dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. penerapan konsep
pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL
(Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan
untuk mengembangkan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE), yaitu:
kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Modul 2.2. juga mempraktikkan
bagaimana konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5
(lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE), melalui Analisa kasus yang
dipaparkan dalam buku modul 2.2 tentang bagaimana peristiwa dan perasaan yang
dihadapi oleh pak Eling dan bagaimana menemukan solusi serta cara menyelesaikannya
melalui Analisa Pembelajaran Sosial Emosional. Kemudian dalam modul ini juga
ada materi mengimplementasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis
kesadaran penuh (mindfulness) melalui pengajaran eksplisit, yang terintegrasi
dalam praktek mengajar dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan
budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan
tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.
Selanjutnya
pendalaman materi dilakukan melalui diskusi kelompok pada ruang kolaborasi pada
LMS, demonstrasi kontekstual tentang penyusunan RPP yang eksplisit pembelajaran
Sosial Emosional, serta bagaimana cara melakukan kolaborasi dengan PTK di
sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan aman demi
berkembangnya Kompetensi Sosial Emosional sehingga mengantarkan siswa memiliki
wellbeing.
Responding (Menanggapi)
Proses pembelajaran
yang saya lakukan dimulai dari tahapan Mulai
dari Diri Sendiri, hal ini dimaksudkan agar kami mengenal emosi yang ada
pada diri sendiri, kemudian tahap Eksplorasi
Konsep Pembelajaran Sosial Emosional yang dilakukan melalui diskusi secara
asinkronus dan kemudian saling memberi umpan balik dengan sesama CGP lain,
selanjutnya diarahkan untuk lebih mengenal Kompetensi Sosial Ekonomi dan
bagaimana cara mengenali dan cara menyelesaikan solusinya dengan diskusi kasus
melalui asinkronus pada Ruang Kolaborasi.
Selanjutnya ada tahapan Demonstrasi
Kontekstual dimana saya harus mempraktikan perencanaan untuk
mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional. Untuk lebih memperdalam
pemahaman tentang Kompetensi
Sosial Ekonomi, saya diarahkan untuk diskusi secara sinkronus melalui G meet
dengan dipandu oleh fasilitator pada tahapan Elaborasi Pemahaman. Disini saya diberikan kesempatan untuk
merefleksikan setiap pemahamannya dan mengungkapkan setiap permasalahan yang
ditemukan ketika mempelajari materi modul secara mandiri. Dengan sangat jelas
fasilitor memberikan banyak pencerahan tentang strategi mengimplementasikan
Pembelajaran Sosial Emosional. Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang
Pembelajan Sosial Emosional, saya dan para CGP lainnya dikelompokan berdasarkan
tinggat Pendidikan tempat CGP mengajar. Disini kami diarahkan agar mampu
merencanakan Pembelajaran Pembelajaran Sosial Emosional serta strategi
bagaimana berkolaborasi bersama PTK sekolah yang lainnya.
Fasilitator juga menekankan agar perencanaan pembelajaran
yang kami susun itu terintegrasi dengan pembelajarn berdiferensiasi secara
eksplisit menanamkan Kompetensi Sosial Ekonomi. Hal itu dimaksudkan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan aman demi berkembangnya kompetensi
sosial emosional murid sehingga mengantarkan mereka memiliki wellbeing sehingga
terwujudlah profil pelajar Pancasila. Pada tahap pembelajaran berikutnya yaitu Koneksi antar Materi, saya mengaitkan
pemahaman saya atas materi pada modul ini dengan modul modul sebelumnya.
Kemudian pembelajaran diakhiri dengan kegiatan mempraktikan pembelajaran sosial
emosional di kelas yang akan didampingi oleh pengajar praktik.
Relating (Mengaitkan)
Pembelajaran Sosial
dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh
seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang
dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
- Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
- Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
- Mmbuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).
Pembelajaran Sosial
dan Emosional sangatlah urgen untuk diterapkan dalam konteks pendidikan di
Indonesia saat ini yaitu untuk peningkatan kompetensi sosial dan emosional, demi
terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif
dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain
itu, Pembelajan Sosial Emosional di kelas terbukti dapat menghasilkan
pencapaian akademik yang lebih baik. Pembelajan sosial dan emosional memberikan
pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan
mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara
optimal. Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang
positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan
mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan
menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan
membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan
mengembangkan dirinya.
Pentingnya
Pembelajaran Sosial Emosional: 1. Terciptanya lingkungan belajar yang lebih
positif. 2. Peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya,
orang lain dan lingkungan sekolah. 3. Dapat menghasilkan pencapaian akademik
yang lebih baik. 4. memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses
dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan
psikologis (well-being) secara optimal. Selanjutnya, implementasi Pembelajaran
Sosial Emosional adalah bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik dan
ketercapaian well-being yang dilakukan melalui strategi-strategi berikut:
- Menguatkan 5 KSE pendidik dan tendik
- Mengajarkan 5 KSE secara spesifik dan eksplisit
- Mengintegrasi kan 5 KSE dalam praktik mengajar (interaksi guru dan murid) serta kurikulum akademik
- Menciptakan iklim kelas, budaya dan kebijakan sekolah
Adapun dalam menguatkan 5 KSE pendidik dan tendik dapat dilakukan dengan cara;
- Menjadi Teladan (memodelkan): Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain. Dengan menciptakan budaya mengapresiasi dan menunjukkan kepedulian.
- Belajar : pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan emosional. Dengan membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi, mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan literasi budaya, Mengembangkan pola pikir bertumbuh, dan memahami tahapan perkembangan murid.
- Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah. Dengan Membuat kesepakatan bersama-sama, Membuat komunitas belajar professional, Membuat sistem mentoring rekan sejawat, dan Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat guru.
Reasoning (Menganalisis)
Reasoning dalam hal
ini adalah menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi,
kemudian mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian
lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.
Seiring dengan
filosofi Ki Hajar Dewantara, peran pendidik adalah sebagai penuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya. Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik
sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat
membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman
belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan secara sadar
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk
mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran holistik yang memberikan mereka
pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi
dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota
masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Mengingat tentang
filosofi Ki Hajar Dewantara tersebut tentunya kita juga akan teringat tentang peran
guru layaknya petani atau tukang kebun yang bertugas menanam, menyiram,memupuk
dan merawat agar tanaman tumbuh subur dan berbuah. Guru semestinya menghamba
pada kepentingan murid dimana peran guru itu menuntun dengan sistem among.
Selanjutnya memahami kodrat anak dengan cara memahami bahwa anak itu suka
bermain sehingga guru dapat mengawali pembelajaran dengan permainan agar anak
dapat belajar sambil bermain.
Reconstructing (Merancang ulang)
Dalam proses
merancang ulang, saya sebagai calon guru penggerak berencana untuk mengimplementasikan
Pembelajaran Sosial Emosional di kelas dan di sekolah karena saya memahami
bahwa pembelajaran ini akan memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat
sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk
kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Ketika Pembelajaran
Sosial Emosional diterapkan, maka siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk
belajar, siswa akan menjadikan kesulitan sebagai sebuah tantangan (efikasi diri
tinggi), menciptakan kesuksesan pada siswa, siswa mudah beradaptasi pada
lingkungan yang dianggap sulit dan dapat menurunkan tingkat agresivitas pada
siswa. 5 Kompetensi Sosial dan Emosional berhubungan erat dengan 6 (enam)
dimensi Profil Pelajar Pancasila, juga berkaitan dengan Standar Pendidikan
nasional terutama dengan standar kompetensi lulusan, dimana Pembelajaran Sosial
Emosional bertujuan menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin,
santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa
ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. Dalam penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran pun, pembelajaran sosial emosional terintegrasi
di dalamnya agar penyampaian materi tetap sebagaimana tuntutan Kompetensi
Dasar. Ternyata melalui pembelajarn eksplisit, murid memiliki kesempatan untuk
menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan
cara yang sesuai dan selaras dengan perkembangan budaya yang dimiliki.
Ada empat kompetensi
kunci pengembangan dalam aspek sosial emosional murid; self-awareness,
self-management, social awareness, responsible decision making, dan relationship
management. Sekolah, kelas, ruang-ruang yang ada disekolah, waktu belajar harus
terhubung dengan komunitas sekolah dan keluarga, sebagai upaya kolaboratif
dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa di sekolah.
Tentang pengalaman apa yang diberikan pada siswa, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana pola mendidik dan membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahannya, saya akan melakukan sebagai berikut:
- Meningkatkan keterampilan dan kompetensi diri selalu merefleksi dan mengevaluasi setiap kegiatan pembelajaran. Agar mampu mengetahui hasil pembelajaran sehingga dapat meningkatkan atau mengembangkan apa yang telah dilaksanakan selama mengajar.
- Berkolaborasi dengan pimpinan sekolah dan rekan sejawat. Kolaborasi itu sangat penting sebagai bentuk untuk bersinergi dalam membangun sebuah relasi di instansi tempat bekerja.
- Berinovasi dengan melakukan praktik baik dan penelitian di kelas serta menulis, membuat video. Melalui inovasi ini guru akan mampu menjawab setiap tantangan dalam pembelajaran.
Terima kasih. Salam Bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar