Jumat, 03 Maret 2023

 

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN 6

Modul 2.2 - Pembelajaran Sosial dan Emosional

 

Refleksi Model 5R : Reporting, Responding, Relating, Reasoning, & Reconstructing (5R)

 

 

Pada minggu ini saya selaku CGP angkatan 7 Tahun 2022 melakukan pembelajaran modul 2.2. Dalam modul ini saya mempelajari materi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Refleksi saya pada modul ini mengggunakan pendekatan 5R yang mencakup ; reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing. Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013 ).

 



Reporting (Melaporkan)

Pembelajaran Sosial dan Emosional ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. penerapan konsep pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Modul 2.2. juga mempraktikkan bagaimana konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE), melalui Analisa kasus yang dipaparkan dalam buku modul 2.2 tentang bagaimana peristiwa dan perasaan yang dihadapi oleh pak Eling dan bagaimana menemukan solusi serta cara menyelesaikannya melalui Analisa Pembelajaran Sosial Emosional. Kemudian dalam modul ini juga ada materi mengimplementasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) melalui pengajaran eksplisit, yang terintegrasi dalam praktek mengajar dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.

Selanjutnya pendalaman materi dilakukan melalui diskusi kelompok pada ruang kolaborasi pada LMS, demonstrasi kontekstual tentang penyusunan RPP yang eksplisit pembelajaran Sosial Emosional, serta bagaimana cara melakukan kolaborasi dengan PTK di sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan aman demi berkembangnya Kompetensi Sosial Emosional sehingga mengantarkan siswa memiliki wellbeing.

 

Responding (Menanggapi)

Proses pembelajaran yang saya lakukan dimulai dari tahapan Mulai dari Diri Sendiri, hal ini dimaksudkan agar kami mengenal emosi yang ada pada diri sendiri, kemudian tahap Eksplorasi Konsep Pembelajaran Sosial Emosional yang dilakukan melalui diskusi secara asinkronus dan kemudian saling memberi umpan balik dengan sesama CGP lain, selanjutnya diarahkan untuk lebih mengenal Kompetensi Sosial Ekonomi dan bagaimana cara mengenali dan cara menyelesaikan solusinya dengan diskusi kasus melalui asinkronus pada Ruang Kolaborasi. Selanjutnya ada tahapan Demonstrasi Kontekstual dimana saya harus mempraktikan perencanaan untuk mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional. Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang Kompetensi Sosial Ekonomi, saya diarahkan untuk diskusi secara sinkronus melalui G meet dengan dipandu oleh fasilitator pada tahapan Elaborasi Pemahaman. Disini saya diberikan kesempatan untuk merefleksikan setiap pemahamannya dan mengungkapkan setiap permasalahan yang ditemukan ketika mempelajari materi modul secara mandiri. Dengan sangat jelas fasilitor memberikan banyak pencerahan tentang strategi mengimplementasikan Pembelajaran Sosial Emosional. Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang Pembelajan Sosial Emosional, saya dan para CGP lainnya dikelompokan berdasarkan tinggat Pendidikan tempat CGP mengajar. Disini kami diarahkan agar mampu merencanakan Pembelajaran Pembelajaran Sosial Emosional serta strategi bagaimana berkolaborasi bersama PTK sekolah yang lainnya.

Fasilitator juga menekankan agar perencanaan pembelajaran yang kami susun itu terintegrasi dengan pembelajarn berdiferensiasi secara eksplisit menanamkan Kompetensi Sosial Ekonomi. Hal itu dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan aman demi berkembangnya kompetensi sosial emosional murid sehingga mengantarkan mereka memiliki wellbeing sehingga terwujudlah profil pelajar Pancasila. Pada tahap pembelajaran berikutnya yaitu Koneksi antar Materi, saya mengaitkan pemahaman saya atas materi pada modul ini dengan modul modul sebelumnya. Kemudian pembelajaran diakhiri dengan kegiatan mempraktikan pembelajaran sosial emosional di kelas yang akan didampingi oleh pengajar praktik.

 

Relating (Mengaitkan)

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

  1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Mmbuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

Pembelajaran Sosial dan Emosional sangatlah urgen untuk diterapkan dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini yaitu untuk peningkatan kompetensi sosial dan emosional, demi terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, Pembelajan Sosial Emosional di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. Pembelajan sosial dan emosional memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Pentingnya Pembelajaran Sosial Emosional: 1. Terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif. 2. Peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. 3. Dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. 4. memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Selanjutnya, implementasi Pembelajaran Sosial Emosional adalah bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik dan ketercapaian well-being yang dilakukan melalui strategi-strategi berikut:

  1. Menguatkan 5 KSE pendidik dan tendik
  2. Mengajarkan 5 KSE secara spesifik dan eksplisit
  3. Mengintegrasi kan 5 KSE dalam praktik mengajar (interaksi guru dan murid) serta kurikulum akademik
  4. Menciptakan iklim kelas, budaya dan kebijakan sekolah

Adapun dalam menguatkan 5 KSE pendidik dan tendik dapat dilakukan dengan cara;

  1. Menjadi Teladan (memodelkan): Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain. Dengan menciptakan budaya mengapresiasi dan menunjukkan kepedulian.
  2. Belajar : pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan emosional. Dengan membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi, mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan literasi budaya, Mengembangkan pola pikir bertumbuh, dan memahami tahapan perkembangan murid.
  3. Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah. Dengan Membuat kesepakatan bersama-sama, Membuat komunitas belajar professional, Membuat sistem mentoring rekan sejawat, dan Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat guru.

Reasoning (Menganalisis)

Reasoning dalam hal ini adalah menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, kemudian mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.

Seiring dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, peran pendidik adalah sebagai penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran holistik yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Mengingat tentang filosofi Ki Hajar Dewantara tersebut tentunya kita juga akan teringat tentang peran guru layaknya petani atau tukang kebun yang bertugas menanam, menyiram,memupuk dan merawat agar tanaman tumbuh subur dan berbuah. Guru semestinya menghamba pada kepentingan murid dimana peran guru itu menuntun dengan sistem among. Selanjutnya memahami kodrat anak dengan cara memahami bahwa anak itu suka bermain sehingga guru dapat mengawali pembelajaran dengan permainan agar anak dapat belajar sambil bermain.

 

Reconstructing (Merancang ulang)

Dalam proses merancang ulang, saya sebagai calon guru penggerak berencana untuk mengimplementasikan Pembelajaran Sosial Emosional di kelas dan di sekolah karena saya memahami bahwa pembelajaran ini akan memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Ketika Pembelajaran Sosial Emosional diterapkan, maka siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar, siswa akan menjadikan kesulitan sebagai sebuah tantangan (efikasi diri tinggi), menciptakan kesuksesan pada siswa, siswa mudah beradaptasi pada lingkungan yang dianggap sulit dan dapat menurunkan tingkat agresivitas pada siswa. 5 Kompetensi Sosial dan Emosional berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil Pelajar Pancasila, juga berkaitan dengan Standar Pendidikan nasional terutama dengan standar kompetensi lulusan, dimana Pembelajaran Sosial Emosional bertujuan menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran pun, pembelajaran sosial emosional terintegrasi di dalamnya agar penyampaian materi tetap sebagaimana tuntutan Kompetensi Dasar. Ternyata melalui pembelajarn eksplisit, murid memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan selaras dengan perkembangan budaya yang dimiliki.

Ada empat kompetensi kunci pengembangan dalam aspek sosial emosional murid; self-awareness, self-management, social awareness, responsible decision making, dan relationship management. Sekolah, kelas, ruang-ruang yang ada disekolah, waktu belajar harus terhubung dengan komunitas sekolah dan keluarga, sebagai upaya kolaboratif dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa di sekolah.

Tentang pengalaman apa yang diberikan pada siswa, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana pola mendidik dan membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahannya, saya akan melakukan sebagai berikut:

  1. Meningkatkan keterampilan dan kompetensi diri selalu merefleksi dan mengevaluasi setiap kegiatan pembelajaran. Agar mampu mengetahui hasil pembelajaran sehingga dapat meningkatkan atau mengembangkan apa yang telah dilaksanakan selama mengajar.
  2. Berkolaborasi dengan pimpinan sekolah dan rekan sejawat. Kolaborasi itu sangat penting sebagai bentuk untuk bersinergi dalam membangun sebuah relasi di instansi tempat bekerja.
  3. Berinovasi dengan melakukan praktik baik dan penelitian di kelas serta menulis, membuat video. Melalui inovasi ini guru akan mampu menjawab setiap tantangan dalam pembelajaran.
Demikian jurnal ini sebagai refleksi atas pembelajaran modul 2.2 Pembelajaran Sosial & Emosional. 
Terima kasih. Salam Bahagia

Tidak ada komentar:

  ARSIP SOAL ASESMEN BAHASA INGGRIS SMP KURIKULUM MERDEKA TAHUN 2022/2023 Dalam Kurikulum Merdeka , istilah penilaian lebih dikenal dengan i...