Selasa, 21 Februari 2023

Koneksi Antar Materi Pembelajaran Berdiferensiasi

MODUL 2.1.A.9 - KONEKSI ANTAR MATERI

 

MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID

MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 

 

KONSEP MATERI MODUL 2.1

 

Dalam Permendikbudristek RI Nomor 5 tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah telah dijelaskan mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikuasai oleh murid setelah menyelesaikan masa belajarnya di suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan ini merupakan profil dari kualifikasi lulusan yang diharapkan terwujud dalam diri peserta didik dan merupakan perwujudkan dari apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional.

 

Untuk dapat mewujudkan profil kualifikasi lulusan sebagaimana dijabarkan dalam Standar Kompetensi Lulusan tersebut, tentunya diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan potensi murid dengan semaksimal mungkin. Pembelajaran berdiferensiasi diyakini akan memungkinkan guru mengoptimalkan potensi murid dengan mempersempit kesenjangan belajar (learning gap) melalui proses identifikasi kebutuhan belajar murid yang tepat. Lewat pembelajaran berdiferensiasi, potensi yang dimiliki murid bukan saja bisa berkembang secara maksimal, tetapi proses pembelajaran yang dilakukan  juga akan lebih memberikan banyak ruang baginya untuk membuat dan menentukan pilihan dan memberikan suara, sehingga proses belajar akan menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.

 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

1.       Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, bukan hanya bagi guru tapi juga murid-muridnya.

2.       Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.

3.       Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut.

4.       Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.

5.       Bagaimana guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.

6.       Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

7.       Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran.

 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dirancang perencanaan dan pelaksanaan kegiatannya secara sistematis oleh guru agar mampu memenuhi kebutuhan murid yang beragam di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru, tentunya memahami bahwa jumlah murid yang diajar di dalam kelas memiliki memiliki kondisi yang beragam karena sejatinya setiap murid memiliki keunikannya masing-masing. Menghadapi keunikan keunikan tersebut, guru sebagai pendidik harus bertindak sebagai fasilitator agar semua murid mampu memahami dan memproses ide atau informasi yang diperolehnya serta mampu mengembangkan suatu produk hasil belajarnya secara optimal. Untuk itu, pada pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu mengidentifikasi kebutuhan murid yang beragam dan merancang strategi pembelajaran yang tepat untuk memfasilitasi keberagaman tersebut.

 

Dalam pembelajaran berdiferensiasi terrdapat tiga macam strategi diferensiasi yaitu;

1.     Diferensiasi Konten

Yaitu mendiferensiasikan materi pembelajaran kepada murid berdasarkan kebutuhan, dilihat dari kesiapan belajar murid secara konkret – abstrak, minat belajar murid dengan mempersiapkan topik atau materi sesuai minat siswa, profil belajar siswa sesuai gaya belajar, audio, visual, atau kinestetik.

2.     Diferensiasi Proses

 

Yaitu upaya untuk membantu murid memahami materi pembelajaran dengan memberi beberapa kegiatan atau scaffolding sesuai dengan kebutuhan murid.

3.     Diferensiasi Produk

Produk berupa tagihan atau hasil yang diharapkan dari murid setelah proses pembelajaran, baik berupa hasil tes, presentasi atau diskusi, pertunjukkan, pidato, diagram dan lainnya yang mencerminkan pemahaman murid dari tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.

 

Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru harus terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan murid yaitu dari kesiapan belajar murid (lambat-cepat, konkret – abstrak, mandiri - bantuan, minat murid, profil belajar murid yang meliputi gaya belajar, latar belakang, dan kecerdasan).

 

Kesiapan belajar murid atau readiness adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Jika diibaratkan seperti “The Equalizer” maka ada kondisi kesiapan belajar dari yang bersifat mendasar menuju bersifat transformatif, dari konkret ke abstrak, dari sederhana ke kompleks, dari terstruktur ke terbuka (open-ended), dari tergantung ke mandiri, dan dari lambat menjadi cepat. Guru perlu memahami kondisi kesiapan para murid ini dan menyesuaikan bentuk fasilitasi yang diberikan pada mereka. Sedangkan dalam minat belajar maka terdapat “Cocokkan” yaitu mencari kecocokan antara minat murid dengan tujuan pembelajaran, “Koneksikan” berarti menunjukkan koneksi antar materi pembelajaran, “Jembatani” yaitu menjembatani pengetahuan awal dengan pengetahuan baru, dan “Memotivasi” yang memungkinkan tumbuhnya motivasi murid untuk belajar. Dalam profil belajar murid maka guru perlu mengidentifikasi lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, kemudian pengaruh budaya dari santai menjadi terstruktur, pendiam ke ekspresif, personal ke impersonal, gaya belajar murid juga dengan mengidentifikasi yaitu bisa visual (belajar dengan melihat), auditori (belajar dengan mendengarkan), kinestetik ( belajar sambil melakukan), kecerdasan majemuk (multiple intelegences), visual ke spasial, musical bodily kinestetik, logic matematika. Selanjutnya guru menyesuaikan bentuk layanan fasilitasinya dengan kondisi para murid ini misalnya dengan memberikan keleluasaan murid memilih tempat belajarnya apakah di suatu sudut kelas atau di sudut lainnya atau bahkan di luar kelas.

 

KONEKSI DENGAN MODUL 1

 

Pada modul sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia. Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran kita. Dengan meyakini bahwa setiap anak adalah unik, maka sebagai pendidik, kita semua juga tentu harus membuka mata terhadap adanya keberagaman murid-murid di kelas

Saat berbicara tentang keberagaman murid, maka tentu saja cakupannya sangat luas. Keberagaman murid mungkin dapat berupa: - murid-murid kita yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak dapat mengakses teknologi dari rumah sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam pembelajaran daring; - murid-murid yang memiliki kesulitan memahami bahasa yang digunakan di kelas, karena ia murid yang baru pindah dari daerah lain; - murid-murid yang bosan karena ia sebenarnya telah menguasai keterampilan yang diajarkan, sehingga pembelajaran tidak menantang lagi untuknya; - murid-murid yang saat ini sedang berjuang keras untuk mencoba memahami apa yang diajarkan, namun karena adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara apa yang ia mampu lakukan dengan apa yang sedang dipelajari, akhirnya ia tidak bisa membuat koneksi; - murid kita yang hasil-hasil kerjanya tampak baik, namun di sisi lain memiliki masalah sosial emosional; - murid kita yang memiliki minat yang besar terhadap bidang tertentu; - murid-murid kita yang memiliki kesulitan-kesulitan dalam belajar; - Dan sebagainya. Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai guru, kita perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan pengalaman belajar terbaik bagi mereka, maka berarti kita juga harus meyakini bahwa:

1.       semua murid kita bisa berhasil dan sukses dalam pembelajarannya.

2.       fairness is not sameness. Bahwa bersikap adil itu bukan berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid.

3.       setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik.

4.       praktik-praktik pembelajaran perlu ditelaah efektifitasnya lewat bukti-bukti yang diambil dari pengalaman demi pengalaman.

5.       guru adalah kunci dari keberhasilan pengembangan program pembelajaran murid-murid di kelasnya.

6.       guru membutuhkan dukungan dari komunitas yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua siswa.

 

Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.

Tidak ada komentar:

  ARSIP SOAL ASESMEN BAHASA INGGRIS SMP KURIKULUM MERDEKA TAHUN 2022/2023 Dalam Kurikulum Merdeka , istilah penilaian lebih dikenal dengan i...