Koneksi Antar Materi Modul 1.1
Salam dan bahagia.
Melalui tulisan ini,
saya, Jafar Sarifudin, sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 7 dari
Kabupaten Cilacap Tahun 2022 ingin menyampaikan simpulan dan refleksi pengetahuan serta
pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Hal ini
juga menjadi pemenuhan tugas CGP pada modul 1.1.a.8.
Sebagai seorang guru saya telah berinteraksi dengan
murid murid saya selama bertahun tahun. Hal ini membuat saya meyakini bahwa
saya sangat mengerti dunia mereka. Mereka ibarat selembar keras putih yang bisa
saya warnai dengan apa yang saya anggap baik untuk mereka. Misalnya ketika saya
ingin mereka berprestasi dengan nilai yang tinggi, menang di berbagai lomba dan sebagainya. Maka saya
pun merasa berhak untuk mengatur dunia mereka; meraka harus belajar lama ,
berlatih keras dan sebagainya.
Saat itu saya menganggap bahwa murid di kelas saya
adalah objek dimana seorang murid harus mengikuti perintah serta aturan yang
diberikan saya demi kebaikan mereka, hingga tanpa saya sadari sauya telah menerapkan teacher-centered atau
pembelajaran yang berpusat pada guru selama proses pembelajaran di dalam kelas
berlangsung. Saya juga menuntut mereka untuk memahami semua materi pelajaran
agar saat kegiatan penilaian murid mendapat nilai yang tinggi sehingga semua
pelajaran dapat dituntaskan sesuai target kurikulum. Akhirnya saya kurang
memperhatikan bagaimana minat murid saya serta perilakunya selama di kelas
karena saya terlalu semangat untuk menyampaikan materi dengan harapan agar
murid mampu memahami materi yang disampaikan dan dapat mengerjakan tugasnya
tepat waktu. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung saya berusaha memberikan
contoh perilaku yang saya anggap baik dengan bagaimana sikap di kelas saat guru
sedang menerangkan, namun terkadang kondisi kelas menjadi seperti kurang hidup
karena seolah-olah murid terpaksa untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Tanpa
saya sadari saat mengajar masih sering menggunakan metode ceramah sehingga
hanya sedikit memberikan ruang pada murid untuk berekspresi danberkreasi.
Setelah saya mempelajari modul 1.1.a.8 ini, saya
menemukan banyak sekali hal-hal baru. Terutama adalah pemikiran seorang tokoh
pendidikan bangsa kita yaitu Ki Hajar Dewantara (KHD). Diantaranya pemikiran Ki
Hadjar Dewantara yang menegaskan “Pendidikan Berpihak/Berpusat pada Murid”. Ki
Hadjar Dewantara mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut
anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Kemudian modul
ini juga mengingatkan saya akan semboyan pendidikan yang berbunyi;
1. “Ing
Ngarso Sung Tulodo” (di depan memberi teladan). Seorang pendidik harus bisa
membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa benar
dan tepat.
2. “Ing
Madyo Mangun Karso” (di tengah membangun kekuatan dan terus berkarya). Kehadiran
pendidik dapat memfasilitasi dengan beragam metode dan strategi agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, potensi yang dimiliki anak dapat
berkembang dengan baik.
3. “Tut
Wuri Handayani”(di belakang memberi dorongan) Seorang pendidik harus bisa
memberikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk selalu belajar dengan tuntas
dan maju berkelanjutan yang memiliki makna pada kehidupan.
Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan saya sebagai pendidik
untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada. Ki Hadjar
Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat
alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan
di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama.
Dengan mengikuti pelatihan calon penggerak banyak
sekali perubahan diri yang saya alami. Saya menjadi lebih mengenal teknologi IT
unruk menopang pekerjaan saya, khususnya setelah dilatih mengirimkan tugas-tugasnya
melalui berbagai media digital.
Hal berikutnya adalah berhubungan dengan rencana
implementasi pemikiran KHD di ruang kelas. Hal yang dapat saya terapkan agar
kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut
1. Menerapkan
pendidikan yang berpihak/berpusat pada murid dan memberikan respon yang positif
dikala murid sedang mengekspresikan dirinya serta memposisikan seorang guru
sebagai pamong dalam memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan
arah dan membahayakan dirinya. Hal ini dilakukan dengan pendekatan
student-centered
2. Melibatkan
murid secara aktif untuk membuat kesepakatan kelas sehingga mereka merasa
“terlibat” dan patuh dengan kesadaran pada aturan kelas yang dibuat sendiri.
3. Memberikan
ruang yang leluasa kepada murid agar bisa berekspresi dan berkreasi untuk
mengasah bakat dan minat mereka agar nantinya dapat menuntun murid untuk diarahkan
kepada hal yang lebih baik.
4. Mempelajari
berbagai strategi atau model pembelajaran untuk dipraktikan di kelas guna menciptakan
suasana kelas menjadi lebih menyenangkan efektif dan inovatif. Kemuadian saya
juga akan memperlajari pemanfaaatan berbagai media pembelajaran yang bervariasi
baik berupa gambar, animasi maupun video edukasi untuk lebih menarik minat anak
5. Menerapkan
program penguatan pendidikan karakter kepada murid untuk untuk mewujudkan 6
profil pelajar Pancasila (Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis
dan kreatif) melalui kegiatan proyek P5
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengingatkan saya
sebagai pendidik bahwa mendidik anak semestinya menuntut anak mencapai kekuatan
kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Dalam proses menuntun, anak diberi
kebebasan. Pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan serta arahan agar
anak tidak kehilangan arah dan dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Dengan
pendidikan budi pekerti yang merupakan keselarasan hidup antara cipta, rasa,
karsa dan karya akan melatih anak untuk memiliki kesadaran tinggi yang utuh untuk
menjadi dirinya dan menjadi bagian dari warga masyarakat yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar