Koneksi Antar Materi Modul 1.3.a.8
JAFAR SARIFUDIN, S. Pd.
SMP Negeri 1 Gandrungmangu
CGP A7 Kab. Cilacap Tahun 2022
Tulisan ini menampilkan koneksi antar materi modul 1.3 dengan
modul modul sebelumnya, yang saya pelajari pada program pendidikan guru
penggerak Angkatan 7 Kabupaten Cilacap Tahun 2022. Setelah mengalami
pembelajaran modul 1.1 dan 1.2, dan 1.3, Hal yang saya peroleh adalah :
1. Pemahaman terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara, pada modul 1.1.
2. Pemahaman atas Peran dan Nilai Guru Penggerak, pada modul 1.2
3. Pemahaman tentang Visi Guru Penggerak, pada modu; 1.3.
Selanjutnya saya menyimpulkan kaitan antar materi dalam modul
modul tersebut, sebagaimana tertulis dibawah ini dan juga tertuang dalam video
pada link berikut:
Berdasarkan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara,
pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak
agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik
sebagai seorang individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan adalah
tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hajar Dewantara
memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka
pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat
menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat
diteruskan atau diwariskan.
Setiap anak adalah pribadi yang unik, yang khas dan berbeda
dengan yang lainnya. Mereka berhak untuk mendapatkan perlakuan yang berbeda dan
merdeka agar bisa umbuh dan berkembang dengan baik. Benih jagung tidak sama
perlakuannya dengan benih padi. Hal ini tentu harus dipahami oleh guru selaku
petani. Petani yang baik harus mengenal dan paham dengan benih yang disemaikan.
Tantangan bagi guru agar bisa memberi ruang pada semua peserta
didik, untuk belajar dan mendapatkan Pendidikan yang semestinya. Pembelajaran
yang berpihak pada murid dan menyenangkan untuk murid.
Untuk itu nilai-nilai dari guru penggerak seperti :
1. Berpihak pada murid
2. Mandiri
3. Reflektif
4. Kreatif
5. Inovatif
semestinya melekat dalam diri seorang guru penggerak, agar mampu
menjalankan perannya dengan baik demi mewujudkan visinya , yaitu mewujudkan
profil pelajar Pancasila melalui merdeka belajar.
Adapun peran guru penggerak antara lain :
1. Menjadi pemimpin pembelajaran
2. Menggerakkan komunitas praktisi
3. Mendorong kolaborasi antar rekan guru
4. Menjadi coach bagi guru lain
5. Mewujudkan kepemimpinan murid
Dengan modal nilai-nilai yang dimiliki guru mempuinyai tugas sebagai “among”
(emban) atau “momomg” (mengemban). Sebagai pengasuh (fasilitator) yang
mempunyai peran mengasuh, membimbing sang anak dengan ikhlas sesuai bakat dan
minat yang diasuh. Guru hendaknya mencermati garis kodrat kemampuan siswa agar
jiwanya merdeka lahir dan batin. Anak-anak mempuyai kodratnya masing-masing.
Guru mempunyai tugas mulia menuntun kodrat anak tersebut. Melalui pendidikan,
guru akan menuntun anak yang sudah mempunyai kodrat baik akan menjadi lebih
baik lagi.
Adapun visi menjadi bintang penunjuk arah yang akan menuntun ke
mana guru akan melangkah. Visi yang telah saya susun adalah terwujudnya
pemimpin yang berkarakter dalam ekosistem pembelajaran yang berpihak pada
murid. Tampak jelas adanya tujuan untuk menanamkan karakter profil pelajar
Pancasila dalam suasana merdeka belajar dengan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Nyaman dan menyenangkan bagi anak, sehingga memberi ruang dan kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang seuai kodratnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka guru harus bisa memetakan
kekuatan yang ada baik dari dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.Bisa
dari Kepala Sekolah, rekan sejawat, orang tua murid, masyarakat, sarana
prasarana maupun murid itu sendiri. Setelah memahami peta kekuatan maka bisa
menemukan strategi untuk melakukan perubahan mewujudkan mimpi menjadi nyata.
Modul 1.3 mempelajari mengenai Visi Guru Penggerak. Bandura
menyatakan Visi adalah representasi kognitif mengenai gambaran masa depan. Visi
dapat dikatakan sebagai sebuah imajinasi. Einstein mengatakan bahwa imajinasi
merupakan tahap kecerdasan yang sebenarnya. Imajinasi menstimulasi adanya
kemajuan dan melahirkan evolusi. Dari pemahaman tersebut, visi merupakan hal
fundamental yang perlu dimilik. Visi berbasis pada kekuatan kata untuk
menggerakkan hati, menyemangati, menguatkan untuk melangkah maju secara
kolaborasi.
Visi seorang guru harusnya sejalan dengan Filosofi Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat, demi terciptanya student
wellbeing.
Agar misi dapat terwujud dan terjadi proses perubahan, perlu ada
upaya nyata. Pendekatan IA adalah salah satu cara untuk mewujudkan VISI secara
kolaboratif. Konsep IA pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider
(Cooperrider & Whitney, 2005; Noble & McGrath, 2016). INKUIRI
APRESIATIF (IA) merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan
berbasis kekuatan (positif). Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki
inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. IA dimulai
dengan mengidentifkasi hal baik yang sudah ada di sekolah. mencari cara
bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk
mewujudkan perubahan ke arah lebih baik.
Manajemen perubahan yang bisa diterapkan adalah inkuiri
apresiatif dengan tahapan BAGJA. BAGJA terdiri dari :
1. Buat Pertanyaan
2. Ambil pelajaran
3. Gali mimpi
4. Jabarkan rencana
5. Atur Eksekusi
Strategi dengan tahapan BAGJA bisa disusun sebagai acuan untuk
melangkah selanjutnya.
Kekuatan BAGJA terdapat proses penggalian jawaban pertanyaan
yang didasari oleh rasa ingin tahu, kebaikan, dan kebersamaan. BAGJA, dimulai
dengan filosofi dan visi yang berpusat pada kepentingan murid, kemudian
diturunkan menjadi tujuan-tujuan rinci berupa prakarsa perubahan yang muncul
dari keresahan. Setelah itu disusunlah pertanyaan-pertanyaan dan
rencana-tindakan yang perlu-dilakukan, kemudian merealisasikan hingga
mendapatkan suatu temuan (data, cerita, fakta). Temuan itulah yang menjadi
dasar untuk menelaah kembali rancangan pertanyaan dan tindakan yang telah
dibuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar