Selasa, 21 Februari 2023

Koneksi Antar Materi Pembelajaran Berdiferensiasi

MODUL 2.1.A.9 - KONEKSI ANTAR MATERI

 

MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID

MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 

 

KONSEP MATERI MODUL 2.1

 

Dalam Permendikbudristek RI Nomor 5 tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah telah dijelaskan mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikuasai oleh murid setelah menyelesaikan masa belajarnya di suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan ini merupakan profil dari kualifikasi lulusan yang diharapkan terwujud dalam diri peserta didik dan merupakan perwujudkan dari apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional.

 

Untuk dapat mewujudkan profil kualifikasi lulusan sebagaimana dijabarkan dalam Standar Kompetensi Lulusan tersebut, tentunya diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan potensi murid dengan semaksimal mungkin. Pembelajaran berdiferensiasi diyakini akan memungkinkan guru mengoptimalkan potensi murid dengan mempersempit kesenjangan belajar (learning gap) melalui proses identifikasi kebutuhan belajar murid yang tepat. Lewat pembelajaran berdiferensiasi, potensi yang dimiliki murid bukan saja bisa berkembang secara maksimal, tetapi proses pembelajaran yang dilakukan  juga akan lebih memberikan banyak ruang baginya untuk membuat dan menentukan pilihan dan memberikan suara, sehingga proses belajar akan menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.

 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

1.       Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, bukan hanya bagi guru tapi juga murid-muridnya.

2.       Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.

3.       Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut.

4.       Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.

5.       Bagaimana guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.

6.       Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

7.       Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran.

 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dirancang perencanaan dan pelaksanaan kegiatannya secara sistematis oleh guru agar mampu memenuhi kebutuhan murid yang beragam di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru, tentunya memahami bahwa jumlah murid yang diajar di dalam kelas memiliki memiliki kondisi yang beragam karena sejatinya setiap murid memiliki keunikannya masing-masing. Menghadapi keunikan keunikan tersebut, guru sebagai pendidik harus bertindak sebagai fasilitator agar semua murid mampu memahami dan memproses ide atau informasi yang diperolehnya serta mampu mengembangkan suatu produk hasil belajarnya secara optimal. Untuk itu, pada pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu mengidentifikasi kebutuhan murid yang beragam dan merancang strategi pembelajaran yang tepat untuk memfasilitasi keberagaman tersebut.

 

Dalam pembelajaran berdiferensiasi terrdapat tiga macam strategi diferensiasi yaitu;

1.     Diferensiasi Konten

Yaitu mendiferensiasikan materi pembelajaran kepada murid berdasarkan kebutuhan, dilihat dari kesiapan belajar murid secara konkret – abstrak, minat belajar murid dengan mempersiapkan topik atau materi sesuai minat siswa, profil belajar siswa sesuai gaya belajar, audio, visual, atau kinestetik.

2.     Diferensiasi Proses

 

Yaitu upaya untuk membantu murid memahami materi pembelajaran dengan memberi beberapa kegiatan atau scaffolding sesuai dengan kebutuhan murid.

3.     Diferensiasi Produk

Produk berupa tagihan atau hasil yang diharapkan dari murid setelah proses pembelajaran, baik berupa hasil tes, presentasi atau diskusi, pertunjukkan, pidato, diagram dan lainnya yang mencerminkan pemahaman murid dari tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.

 

Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru harus terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan murid yaitu dari kesiapan belajar murid (lambat-cepat, konkret – abstrak, mandiri - bantuan, minat murid, profil belajar murid yang meliputi gaya belajar, latar belakang, dan kecerdasan).

 

Kesiapan belajar murid atau readiness adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Jika diibaratkan seperti “The Equalizer” maka ada kondisi kesiapan belajar dari yang bersifat mendasar menuju bersifat transformatif, dari konkret ke abstrak, dari sederhana ke kompleks, dari terstruktur ke terbuka (open-ended), dari tergantung ke mandiri, dan dari lambat menjadi cepat. Guru perlu memahami kondisi kesiapan para murid ini dan menyesuaikan bentuk fasilitasi yang diberikan pada mereka. Sedangkan dalam minat belajar maka terdapat “Cocokkan” yaitu mencari kecocokan antara minat murid dengan tujuan pembelajaran, “Koneksikan” berarti menunjukkan koneksi antar materi pembelajaran, “Jembatani” yaitu menjembatani pengetahuan awal dengan pengetahuan baru, dan “Memotivasi” yang memungkinkan tumbuhnya motivasi murid untuk belajar. Dalam profil belajar murid maka guru perlu mengidentifikasi lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, kemudian pengaruh budaya dari santai menjadi terstruktur, pendiam ke ekspresif, personal ke impersonal, gaya belajar murid juga dengan mengidentifikasi yaitu bisa visual (belajar dengan melihat), auditori (belajar dengan mendengarkan), kinestetik ( belajar sambil melakukan), kecerdasan majemuk (multiple intelegences), visual ke spasial, musical bodily kinestetik, logic matematika. Selanjutnya guru menyesuaikan bentuk layanan fasilitasinya dengan kondisi para murid ini misalnya dengan memberikan keleluasaan murid memilih tempat belajarnya apakah di suatu sudut kelas atau di sudut lainnya atau bahkan di luar kelas.

 

KONEKSI DENGAN MODUL 1

 

Pada modul sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia. Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran kita. Dengan meyakini bahwa setiap anak adalah unik, maka sebagai pendidik, kita semua juga tentu harus membuka mata terhadap adanya keberagaman murid-murid di kelas

Saat berbicara tentang keberagaman murid, maka tentu saja cakupannya sangat luas. Keberagaman murid mungkin dapat berupa: - murid-murid kita yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak dapat mengakses teknologi dari rumah sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam pembelajaran daring; - murid-murid yang memiliki kesulitan memahami bahasa yang digunakan di kelas, karena ia murid yang baru pindah dari daerah lain; - murid-murid yang bosan karena ia sebenarnya telah menguasai keterampilan yang diajarkan, sehingga pembelajaran tidak menantang lagi untuknya; - murid-murid yang saat ini sedang berjuang keras untuk mencoba memahami apa yang diajarkan, namun karena adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara apa yang ia mampu lakukan dengan apa yang sedang dipelajari, akhirnya ia tidak bisa membuat koneksi; - murid kita yang hasil-hasil kerjanya tampak baik, namun di sisi lain memiliki masalah sosial emosional; - murid kita yang memiliki minat yang besar terhadap bidang tertentu; - murid-murid kita yang memiliki kesulitan-kesulitan dalam belajar; - Dan sebagainya. Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai guru, kita perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan pengalaman belajar terbaik bagi mereka, maka berarti kita juga harus meyakini bahwa:

1.       semua murid kita bisa berhasil dan sukses dalam pembelajarannya.

2.       fairness is not sameness. Bahwa bersikap adil itu bukan berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid.

3.       setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik.

4.       praktik-praktik pembelajaran perlu ditelaah efektifitasnya lewat bukti-bukti yang diambil dari pengalaman demi pengalaman.

5.       guru adalah kunci dari keberhasilan pengembangan program pembelajaran murid-murid di kelasnya.

6.       guru membutuhkan dukungan dari komunitas yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua siswa.

 

Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.

Senin, 20 Februari 2023

Jurnal Dwi Minggua 5 Calon Guru Penggerak

 

JURNAL DWI MINGGUAN 5

 

JAFAR SARIFUDIN

SMP NEGERI 1 GANDRUNGMANGU

CGP A 7 Kabupaten Cilacap Tahun 2022

 

 

Minggu ini adalah minggu kesembilan saya mengikuti pendidikan CGP. Pada minggu ini saya semangat untuk menatap perjalanan panjang kedepan menghadapi poses pendidikan calon guru penggerak. Pada minggu ini saya mulai belajar materi pada Modul 2.1 yang bertemakan MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI. Selanjutnya saya berefleksi sebagai wadah untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi menggunakan Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future).

 

Fact Peristiwa

Kegiatan pembelajaran pada modul 2.1 diawali dengan pre-test Modul 2.  Model pembelajarannya  masih seperti modul sebelumnya yaitu menggunakan alur MERDEKA (Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata). Mulai dari diri merupakan awal untuk mempersiapkan diri dalam menerima pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep pemikiran kita dari modul yang sudah dipelajari, diskusi dengan rekan CGP dalam ruang kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberi masukan konstruktif dalam menyusun rencana pembelajaran berdiferensiasi, secara mandiri menyusun RPP berdiferensiasi diunggah di LMS untuk mendapat umpan balik dari sesama CGP dan fasilitator. Kegiatan itu semua telah diselesaikan pada minggu ke sembilan ini.

Pada minggu selanjutnya saya akan mendapat penguatan dari narasumber dalam elaborasi pemahaman, membuat keterkaitan dengan materi sebelumnya yang sudah dipelajari dalam Koneksi antar materi, dan diakhiri dengan Aksi nyata praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas sesuai dengan RPP yang sudah dibuat.

 


 

Feeling / Perasaan

Modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi ini membuat saya penasaran dan tertantang karena sebagai guru harus memberlakukan siswa sesuai dengan karakteristiknya. Selama ini saya hanya berfokus pada ketercapaian target materi kurikulum, sehingga yang saya kejar adalah ketuntasan materi. Efek yang timbul adalah terabaikannya pemenuhan keragaman kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan nilai-nilai filosofi dari KHD tentang belajar adalah menuntun murid mencapai tujuan, dan tentunya guru tidak bisa memaksa masing-masing murid untuk melewati jalan yang sama dalam mencapai tujuannya, namun guru dituntut bisa memfasilitasi murid dengan berbagai jalan alternatif yang sesuai dengan kebutuhan murid. Setelah mempelajari modul 2.1 ini saya akan berusaha untuk mengubah praktik pembelajaran yang selama ini berjalan, dengan praktik yang sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yatu pembelajaran yang berpihak pada murid.

 

Finding / Pembelajaran

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dirancang perencanaan dan pelaksanaan kegiatannya secara sistematis oleh guru agar mampu memenuhi kebutuhan murid yang beragam di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru, tentunya memahami bahwa jumlah murid yang diajar di dalam kelas memiliki memiliki kondisi yang beragam karena sejatinya setiap murid memiliki keunikannya masing-masing. Menghadapi keunikan keunikan tersebut, guru sebagai pendidik harus bertindak sebagai fasilitator agar semua murid mampu memahami dan memproses ide atau informasi yang diperolehnya serta mampu mengembangkan suatu produk hasil belajarnya secara optimal. Untuk itu, pada pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu mengidentifikasi kebutuhan murid yang beragam dan merancang strategi pembelajaran yang tepat untuk memfasilitasi keberagaman tersebut.

Untuk mendukung hal ini saya harus memiliki kepekaan dalam merespon semua kebutuhan belajar murid, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan: bagaimana kesiapan belajar murid; bagaimana minat murid terhadap materi pembelajaran kita; dan seperti apa profil belajar murid. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu juga memperhatikan strategi : diferensiasi konten; diferensiasi proses; dan diferensiasi produk. Dan dalam proses penilaian, guru menggunakan penilaian berjenjang.  Dengan demikian, diharapkan semua murid bisa memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran dalam lingkungan yang aman dan nyaman.

Penerapan / Future

Untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi secara efektif, maka perlu diawali dengan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan, minat dan profil belajar murid, agar guru dapat menentukan perbedaan konten, proses, serta produk dalam kegiatan pembelajaran. Pemetaan itu bisa didapatkan memalui asesmen diagnostic non kognitif. Data pemetaan bisa diperoleh dari data murid pada tahun/semester sebelumnya, melalui angket, melalui pengamatan, atau wawancara dengan sesama rekan guru dan wali murid.

Dalam rangka pemetaan ini saya akan membuat angket secara online dengan google form untuk menggali informasi tentang kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Bagi saya ini merupakan pengetahuan baru, sehingga saya harus terus belajar, praktik dan berefleksi. Semoga hal ini dapat menjadi kontribusi dalam transformasi pendidikan di Indonesia. 


Jurnal Dwi Mingguan 4 Calon Guru Penggerak

 


JURNAL DWI MINGGUAN 4

 

 

JAFAR SARIFUDIN

SMP NEGERI 1 GANDRUNGMANGU

CGP A 7 Kabupaten Cilacap Tahun 2022

 

 

Refleksi dwi mingguan ini saya tuliskan dengan menggunakan pendekatan 4 F (Fact, Feeling, Finding and Fuuture) sebagai berikut;

Fact / Fakta

 

Minggu ini adalah minggu ketujuh saya mengikuti pendidikan CGP. Pada minggu ini saya sudah menemukan semangat untuk menatap perjalanan panjang kedepan menghadapi poses pendidikan calon guru penggerak. Pada minggu ini saya mulai belajar tentang Modul 1.4 dengan materi pokok yaitu Budaya Positif. Dalam modul ini saya mempelajari;

1.       Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal,

2.       Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi,

3.       Keyakinan Kelas,

4.       Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas,

5.       Restitusi - Lima Posisi Kontrol,

6.       Restitusi - Segitiga Restitusi

  

Seperti pada modul modul seblelumnya, pembelajaran pada modul ini dilakukan secara mandiri dan kolaborasi dengan memanfaatkan bahan bacaan maupun forum diskusi di dalam LMS maupun di luar LMS.

 

Feeling / Perasaan

 

Materi pada modul 1.4 ini sangat gemuk. Banyak referensi yang harus dibaca dan diskusikan dengan sesama rekan CGP. Hal ini merupaka tantangan tersendiri karena kebetulan waktunya juga bersamaan dengan kegiatan yang padat di sekolah yaitu persiapan pelaporan hasil belajar (rapor) dan penilaian kinerja kepala sekolah (PKKS). Jadi saya harus meluangkan waktu untuk bisa menyelesaikan seluruh tugas saya  di sekolah maupun tugas CGP. Saya bersyukur karena ada fasiitator (Pak Sudira) yang selalu mengingatkan dan memberi semangat pada saya untuk terus membaca seluruh referensi yang tersedia di LMS, maupun forum diskusi di sana hingga tuntas. Cukup melelahkan tetapi puas juga ketika semuanya bisa terselesaikan dengan bbaik.

 

Finding / Temuan

 


Hal menarik yang saya temui pada  modul ini adalah sesi ketika saya melakukan studi beberapa kasus murid secara berkelompok. Dari kegiatan itu saya bisa melihat penanganan kasus dari berbagai perspektif dengan berbagai hasilnya. Hal menarik lainnya adalah ketika saya mempraktekkan penerapan segitiga restitusi untuk menangani masalah 2 orang murid saya dalam sesi demonstrasi kontekstual. Sesi karena sangat bermanfaat karena relevan dengan tugas yang saya sebagai guru temui sehari hari di lapangan. Ketika terjadi masalah dengan murid saya sebagai guru tentu harus menangani dan memperbaiki keadaan.  Restitusi menjadi metoda yang efektif untuk menangani masalah murid sekaligus memperbaikinya di masa depan sehingga membentuk budaya positif di sekolah.

 

 

Future / Penerapan di Masa Depan

 

Setelah mempraktikan restitusi untuk penanganan masalah murid saya, saya melihat ternyata  hasilnya sangat positif. Guru menjadi lebih rileks karena tidak terkuras energinya untuk hal hal yang justru tidak menyelesaika masalah (misalnya marah). Murid juga terlihat merasa lebih nyaman dan muncul tanggung jawab untuk memperbaiki keadaannya di masa depan. Budaya positif tentu akan terbangun melalui kegiatan ini.

Dengan melihat pengalaman tersebut saya akan menerapkan restitusi untuk penanganan masalah murid murid saya di sekolah.


Jurnal Dri Mingguan 3 Calon Guru Penggerak

 

JURNAL DWIMINGGUAN 3

 

 

JAFAR SARIFUDIN

SMP NEGERI 1 GANDRUNGMANGU

CGP A 7 Kabupaten Cilacap

 

 

Minggu ini adalah minggu kelima saya mengikuti pendidikan CGP. Pada minggu ini saya mulai menemukan semangat untuk menatap perjalanan panjang kedepan menghadapi poses pendidikan calon guru penggerak. Pada minggu ini saya mulai belajar tentang Modul 1.3 dengan materi pokok yaitu Visi Guru Penggerak. Dalam modul ini saya mempelajari

1.       Mengartikulasikan Profil Pelajar Pancasila dalam kalimat visi,

2.       Merumuskan kalimat visi yang menggerakkan hati dan kolaborasi,

3.       Menentukan prakarsa perubahan yang menantang, bermakna, kontekstual, dan relevan,

4.       Memahami bahwa prakarsa perubahan adalah bagian dari upaya untuk mencapai visi yang telah dirumuskan,

5.       Membuat rencana prakarsa perubahan di tempat di mana mereka berkarya menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif,

6.       Menjalankan rencana prakarsa perubahan di tempat di mana mereka berkarya menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif.

 

Dalam materi ini saya belajar menciptakan sebuah mimpi tentang murid saya di masa depan. Dalam imaginasi saya, mereka adalah orang orang yang hebat karena mampu beradaptasi dan sukses ditengah persaingan global namun tetap bangga dengan jati diri mereka sebagai bangsa Indonesia.  Mereka tangguh menghadapi tantangan global karena mereka memiliki profil pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasilan mencakup

1.       Beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Esa dan Berakhlak Mulia,

2.       Berkebhinekaan Global,

3.       Gotong Royong,

4.       Mandiri,

5.       Kreatif,

6.       Bernalar Kritis.

 

Selanjutnya setelah belajar secara mandiri dengan membaca buku modul dan belajar kelompok melalui ruang kolaborasi dan elaborasi pemahaman bersama narasumber saya berhasil merumuskan sebuah visi untuk murid saya di masa mendatang. Tentu saja hal ini menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan. Berikut visi yang telah saya ciptakan tentang murid saya dimasa depan;

 

V I S I

“Mewujudkan Insan Yang Tangguh Dalam Tantangan Global Dan Memiliki Jati Diri”

 

Kemudian untuk mewujudkan visi tersebut saya mempelajari konsep Inquiri Apresiatif untuk mencetuskan prakarsa perubahan dalam rangka mewujudkan visi atau mimpi yang sudah saya buat melalui pendekatan BAGJA. BAGJA merupakan model manajemen perubahan yang merupakan akronim dari

·         Buat pertanyaan utama,

·         Ambil pelajaran,

·         Gali mimpi,

·         Jabarkan rencana,

·         Atur eksekusi sebagai terjemahan bebas yang diadaptasi dari model 5D sebagai bagian dari inkuiri apresiatif (Define, Discover, Dream, Design, Deliver).

 

BAGJA adalah gubahan tahapan Inkuiri Apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan yang pertama kali diperkenalkan oleh Cooperrider ke dalam langkah 4D Discover-Dream-Design-Deliver (Cooperrider & Whitney, 2005) yang kemudian dalam praktik-praktik selanjutnya tahapan Discover dipecah menjadi Define dan Discover (Cooperrider et.al, 2008). Inilah kemudian yang menjadi langkah-langkah yang perlu saya ikuti dalam menerapkan perubahan sesuai dengan visi yang saya telah impikan berdasarkan tahapan BAGJA. Tahap pertama, Buat Pertanyaan Utama (Define). Di tahap ini, saya merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan yang diinginkan atau diimpikan. Tahap kedua, Ambil Pelajaran (Discover). Pada tahapan ini, saya mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di kelas maupun sekolah serta pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut. Tahap ketiga, Gali Mimpi (Dream). Pada tahapan ini, saya dapat menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di lingkungan pembelajaran. Disinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas. Tahap ketiga, Jabarkan Rencana (Design). Di tahapan ini, saya dapat merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. Tahapan terakhir, Atur Eksekusi (Deliver). Di bagian ini, saya memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan saya ajak dan pasti mau untuk terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan. Tabel berikut ini berupaya memperlihatkan rangkuman (ciri) tiap tahapan.

Setelah proses pembelajaran ini, akhirnya sayapun merumuskan sebuah kalimat prakarsa perubahan. Adapun prakarsa perubahan yang dapat saya rumuskan adalah sebagai berikut;

 

Prakarsa Perubahan

“Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk menguatkan kreatifitas, inovasi, kemandirian dan kolaborasi murid dan menanamkan budaya positif.”

 

 

Di minggu ini saya juga mendapat pendampingan individu dari pengajar praktik.  Beliau berkunjung ke sekolah saya pada 26 Nopember 2022. Beliau menanyakan beberapa hal terkait apa yanng sudah saya lakukan disekolah sebagai wujud penerapan ilmu yang saya pelajari sebelumnya.

Kemudian pada minggu berikutnya saya juga mengikuti kegiatan lokakarya 1 yang berlangsung taggal 26 November 2022 di SMK1 Cilacap. Pada kegiatan tersebut saya belajar secara tatap muka dengan pengajar praktik bersama teman teman calon guru penggerak lainnya. Adapun materi utamanya adalah tentang menggerakan komunitas praktisi yang ada di sekitar kita untuk meningkatkan pelayanan pendidik terhadap murid. Sungguh sebuah kegiatan yang meyenangkan.

 


Jurnal Dwi Mingguan 2 Calon Guru Penggerak

 

JURNAL DWIMINGGUAN 2

 

 

JAFAR SARIFUDIN

SMP NEGERI 1 GANDRUNGMANGU

CGP A 7 Kabupaten Cilacap

 

 

Minggu ini adalah minggu ketiga saya mengikuti pendidikan CGP. Pada minggu ini saya mulai menemukan semangat untuk menatap perjalanan panjang kedepan menghadapi poses pendidikan calon guru penggerak. Pada minggu ini saya mulai belajar tentang Modul 1.2. Dimodul ini saya diperkenalkan dengan konsep nilai nilai guru penggerak dan peran guru penggerak dan penerapannya dalam ekosistem pendidikan. Berikut hal yang saya temukan dalam memahami konsep Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak;

Nilai Nilai Guru Penggerak

  1. Mandiri

Tidak bergantung pada pihak lain, mampu menyelesaikan tugas dengan baik.

  1. Reflektif

Melakukan refleksi terhadap praktik mengajar, mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dalam mengajar, dan meminta umpan balik dari guru dan murid.

  1. Kolaboratif

Mampubekerja sama dengan siapa saja dan kapan saja.

  1. Inovatif

Mempunyai ide ide baru dan merealisasikannya dalam pembelajaran.

  1. Berpihak Pada Murid

Segala daya dan upayanya dilakukan untuk kepentingan da kemajuan murid.

 

Peran Guru Penggerak

ü  Menjadi Pemimpin pembelajaran

ü  Menjadi coach bagi guru lain

ü  Mendorong kolaborasi

ü  Mewujudkan kepemimpinan murid

ü  Menggerakkan komunitas praktisi

Setelah memahami konsep tersebut saya mecoba berefleksi tentang apa yang sudah saya jalani sebagai seorang pendidik kemudian mengaitkannya dengan nilai nilai dan peran guru yang ada. Saya merasa memang ada sebagian nilai dan peran guru penggerak yang sudah saya jalani secara nyata dalam aktifitas sehari hari sebagai seorang pendidik. Namun saya juga menemukan pada diri saya, nilai dan peran guru penggerak yang saya juga masih perlu kembangkan lagi.

 

Minggu selanjutnya juga saya belajar secara kolaboratif bersama teman teman CGP dalam sebuah ruang virtual difasiltasi oleh seorang pengampu yang sabar dan pengajar praktik yang selalu memberikan semangat. Dalam kolaborasi itu saya dan teman teman CGP mencoba berbagi pengalaman  tentang apa yang sudah dijalani secara nyata sebagai seorang penddik, yang sesuai dengan nilai nilai dan peran guru penggerak. Saya dan teman teman CGP saling bercerita tentang apa saja aktifitas kami sehari hari di sekolah maupun di komunitas pendidikan yang erat kaitannya dengan masing masing nilai dan peran guru penggerak.  Pada sesi ini saya menceritakan pengalaman saya berefleksi bersama rekan rekan guru dan murid dalam beberapa waktu terakhir. Kemudian saya juga mencoba menyampaikan pengalaman kegiatan pembelajaran daring bersama murid di masa pandemi, dimana dalam situasi yang serba terbatas saya tetap melayani pembelajaran melalui aplikasi zoom atau gmeet sesuai dengan nilai mandiri guru penggerak. Kemudian saya juga membagikan pengalaman saya mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, workshop, bimtek maupun seminar untuk pengembangan diri yang selanjutnya saya imbaskan pada rekan sejawat dan komunitas guru sebagai bentuk implementasi nilai kolaboratif guru penggerak.

 

Pada minggu ini juga saya melakukan presentasi virtual  untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok kecil saya di depan kelas. Ini adalah untuk kedua kalinya saya mendapatkan peran sebagai penyaji materi dalam kegiatan presentasi kelompok sehingga saya merasa lebih rileks dan siap. Presentasi kelompok kami menampilkan pengalaman menerapkan nilai dan peran guru penggerak yang sudah dijalani setiap anggota kelompok. Saya juga bagikan dokumentasi kegiatan saya dalam bentuk foto dan video. Selanjutnya dalam presentasi tersebut kelompok kami mendapatkan tanggapan dari kelompok kami yang secara umum menyatakan hasil presentasi kami sangat baik karena isinya jelas dan lengkap. Kemudian kelompok kami juga mendapatkan beberapa pertayaan diantaranya sebagai berikut:

1.       Apa hal baru yang baik dan berdampak yang kami pernah hasilkan sebagai implementasi nilai inovatif guru penggerak?

2.       Bagai mana strategi mendorong partisipasi komunitas guru dalam pelatihan mandiri pada Portal Merdeka Mengajar (PMM)

Kemudian untuk menjawab pertanyaan tersebut kami sampaikan bahwa hal baru yang baik dan berdampak yang dihasilkan adalah berupa media pembelajaran dan ice breaking yang dibuat  sendiri.Selanjutnya strategi untuk mendorong partisipasi guru di PMM adalah dengan sosialisasi adanya prog pelatihan mandiri di PMM, motivasi melalui KS dan komite, dan assistensi teknis untuk penyelesaian aksi nyata melalui. Alhamdulillah jawaban tersebut cukup memuaskan penanya.

 

Pada bagian akhir dari modul ini saya dan teman teman dalam kelompok mencoba berefleski tentang nilai penggerak yang sangat kuat melekat pada seorang teman dalam kelompok, dimana nilai dan peran tersebut masih perlu saya kembangkan karena sangat penting untuk mendukung peningkatan pelayanan pembelajaran murid.  Dengan demikian kami bisa saling belajar untuk mengembangkan nilai dan peran guru penggerak yang masih kurang pada diri masing masing. Selanjutnya kami membuat surat apresiasi dan terima kasih untuk seorang rekan yang dianggap menginspirasi tersebut

 

Hal yang unik terjadi adalah ketika saya melihat salah satu peran guru penggerak yang sangat kuat pada seorang rekan, ternyata rekan yang sama tersebut menemukan satu peran guru penggerak yang kuat lainnya pada diri saya. Ternyata kegiatann berefleksi pun bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan


Minggu, 19 Februari 2023

Jurnal Dwi Mingguan 1 Calon Guru Penggerak

JURNAL DWIMINGGUAN 1

 

JAFAR SARIFUDIN, S. Pd.

SMP NEGERI 1 GANDRUNGMANGU

CGP A 7 Kabupaten Cilacap

 

 

Minggu ini adalah minggu kedua saya mengikuti CGP. Meskipun sudah lolos seleksi administrasi, simulasi mengajar dan wawancara, saya masih gamang untuk mengikuti program ini di awal awal. Apa yang harus saya lakukan selama mengikuti program CGP? Apakah yang harus saya siapkan? Akankah saya mampu menyelesaikan prosesnya yang sedemikian panjang?

 

Akan tetapi kegamangan itu mulai hilang saat mengikuti lokakarya orientasi, di sana saya mulai memahami tujuan dan proses yang harus dijalani untuk menjadi guru penggerak. Saya bertemu dengan teman teman sesama CGP yang punya inspirasi sangat luar biasa. Di Loka karya itu juga saya bertemu dengan pengajar praktik yang mejelaskan tentang kegiatan kegiatan yang harus saya jalani dengan jelas dan beliau selalu memotivasi.

 

Minggu pertama saya mulai belajar tentang sejarah dunia pendidikan di Insdonesia sejak zaman kolonial dan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Selanjutnya saya juga diajarkan menemukenali nilai nilai sosial kultural di masyarakat yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara untuk diterapkan dalam pembelajaran bersama siswa. Hajar Dewantara. Selanjutnya juga saya belajar secara kolaboratif bersama teman teman CGP difasiltasi oleh seorang pengampu yang sabar dan pengajar praktik yang selalu menyemangati.

 

Pada minggu kedua saya mempelajari pemikiran seorang tokoh pendidikan bangsa kita yaitu Ki Hajar Dewantara (KHD). Diantaranya pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menegaskan “Pendidikan Berpihak/Berpusat pada Murid”. Ki Hadjar Dewantara mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Kemudian modul ini juga mengingatkan saya akan semboyan pendidikan yang berbunyi;

1.       “Ing Ngarso Sung Tulodo” (di depan memberi teladan). Seorang pendidik harus bisa membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa benar dan tepat.

2.       “Ing Madyo Mangun Karso” (di tengah membangun kekuatan dan terus berkarya). Kehadiran pendidik dapat memfasilitasi dengan beragam metode dan strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, potensi yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik.

3.       “Tut Wuri Handayani”(di belakang memberi dorongan) Seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk selalu belajar dengan tuntas dan maju berkelanjutan yang memiliki makna pada kehidupan.

Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan saya sebagai pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama.

Dengan mengikuti pelatihan calon penggerak banyak sekali perubahan diri yang saya alami. Saya menjadi lebih mengenal teknologi IT unruk menopang pekerjaan saya, khususnya setelah dilatih mengirimkan tugas-tugasnya melalui berbagai media digital.

 

Hal berikutnya adalah berhubungan dengan rencana implementasi pemikiran KHD di ruang kelas. Hal yang akan saya terapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara  sebagai berikut

1.       Menerapkan pendidikan yang berpihak/berpusat pada murid dan memberikan respon yang positif dikala murid sedang mengekspresikan dirinya serta memposisikan seorang guru sebagai pamong dalam memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Hal ini dilakukan dengan pendekatan student-centered

2.       Melibatkan murid secara aktif untuk membuat kesepakatan kelas sehingga mereka merasa “terlibat” dan patuh dengan kesadaran pada aturan kelas yang dibuat sendiri.

3.       Memberikan ruang yang leluasa kepada murid agar bisa berekspresi dan berkreasi untuk mengasah bakat dan minat mereka agar  nantinya dapat menuntun murid untuk diarahkan kepada hal yang lebih baik.

4.       Mempelajari berbagai strategi atau model pembelajaran untuk dipraktikan di kelas guna menciptakan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan efektif dan inovatif. Kemuadian saya juga akan memperlajari pemanfaaatan berbagai media pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, animasi maupun video edukasi untuk lebih menarik minat anak

5.       Menerapkan program penguatan pendidikan karakter kepada murid untuk untuk mewujudkan 6 profil pelajar Pancasila (Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif) melalui kegiatan proyek P5

 

 

Sebagai penutup jurnal ini saya ingi menyampaikan keinginan saya untuk mengkontekstualisasi pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran bersama siswa. Hal ini bertujuan untuk membawa siswa belajar secara merdeka karena mengikuti kodrat alam dan zamannya.

Koneksi Antar Materi Modul 1.1 PGP Angkatan 7

 

Koneksi Antar Materi Modul 1.1


Salam dan bahagia.

 

Melalui tulisan ini,  saya, Jafar Sarifudin, sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 7 dari Kabupaten Cilacap Tahun 2022 ingin menyampaikan simpulan dan refleksi pengetahuan serta pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Hal ini juga menjadi pemenuhan tugas CGP pada modul 1.1.a.8.

 

Sebagai seorang guru saya telah berinteraksi dengan murid murid saya selama bertahun tahun. Hal ini membuat saya meyakini bahwa saya sangat mengerti dunia mereka. Mereka ibarat selembar keras putih yang bisa saya warnai dengan apa yang saya anggap baik untuk mereka. Misalnya ketika saya ingin mereka berprestasi dengan nilai yang tinggi, menang  di berbagai lomba dan sebagainya. Maka saya pun merasa berhak untuk mengatur dunia mereka; meraka harus belajar lama , berlatih keras dan sebagainya.

Saat itu saya menganggap bahwa murid di kelas saya adalah objek dimana seorang murid harus mengikuti perintah serta aturan yang diberikan saya demi kebaikan mereka, hingga tanpa saya sadari sauya  telah menerapkan teacher-centered atau pembelajaran yang berpusat pada guru selama proses pembelajaran di dalam kelas berlangsung. Saya juga menuntut mereka untuk memahami semua materi pelajaran agar saat kegiatan penilaian murid mendapat nilai yang tinggi sehingga semua pelajaran dapat dituntaskan sesuai target kurikulum. Akhirnya saya kurang memperhatikan bagaimana minat murid saya serta perilakunya selama di kelas karena saya terlalu semangat untuk menyampaikan materi dengan harapan agar murid mampu memahami materi yang disampaikan dan dapat mengerjakan tugasnya tepat waktu. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung saya berusaha memberikan contoh perilaku yang saya anggap baik dengan bagaimana sikap di kelas saat guru sedang menerangkan, namun terkadang kondisi kelas menjadi seperti kurang hidup karena seolah-olah murid terpaksa untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Tanpa saya sadari saat mengajar masih sering menggunakan metode ceramah sehingga hanya sedikit memberikan ruang pada murid untuk berekspresi danberkreasi.

 

 

Setelah saya mempelajari modul 1.1.a.8 ini, saya menemukan banyak sekali hal-hal baru. Terutama adalah pemikiran seorang tokoh pendidikan bangsa kita yaitu Ki Hajar Dewantara (KHD). Diantaranya pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menegaskan “Pendidikan Berpihak/Berpusat pada Murid”. Ki Hadjar Dewantara mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Kemudian modul ini juga mengingatkan saya akan semboyan pendidikan yang berbunyi;

1.       “Ing Ngarso Sung Tulodo” (di depan memberi teladan). Seorang pendidik harus bisa membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa benar dan tepat.

2.       “Ing Madyo Mangun Karso” (di tengah membangun kekuatan dan terus berkarya). Kehadiran pendidik dapat memfasilitasi dengan beragam metode dan strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, potensi yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik.

3.       “Tut Wuri Handayani”(di belakang memberi dorongan) Seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk selalu belajar dengan tuntas dan maju berkelanjutan yang memiliki makna pada kehidupan.

Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan saya sebagai pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama.

Dengan mengikuti pelatihan calon penggerak banyak sekali perubahan diri yang saya alami. Saya menjadi lebih mengenal teknologi IT unruk menopang pekerjaan saya, khususnya setelah dilatih mengirimkan tugas-tugasnya melalui berbagai media digital.

 

Hal berikutnya adalah berhubungan dengan rencana implementasi pemikiran KHD di ruang kelas. Hal yang dapat saya terapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara  sebagai berikut

1.       Menerapkan pendidikan yang berpihak/berpusat pada murid dan memberikan respon yang positif dikala murid sedang mengekspresikan dirinya serta memposisikan seorang guru sebagai pamong dalam memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Hal ini dilakukan dengan pendekatan student-centered

2.       Melibatkan murid secara aktif untuk membuat kesepakatan kelas sehingga mereka merasa “terlibat” dan patuh dengan kesadaran pada aturan kelas yang dibuat sendiri.

3.       Memberikan ruang yang leluasa kepada murid agar bisa berekspresi dan berkreasi untuk mengasah bakat dan minat mereka agar  nantinya dapat menuntun murid untuk diarahkan kepada hal yang lebih baik.

4.       Mempelajari berbagai strategi atau model pembelajaran untuk dipraktikan di kelas guna menciptakan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan efektif dan inovatif. Kemuadian saya juga akan memperlajari pemanfaaatan berbagai media pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, animasi maupun video edukasi untuk lebih menarik minat anak

5.       Menerapkan program penguatan pendidikan karakter kepada murid untuk untuk mewujudkan 6 profil pelajar Pancasila (Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif) melalui kegiatan proyek P5

Pemikiran Ki  Hadjar Dewantara mengingatkan saya sebagai pendidik bahwa mendidik anak semestinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Dalam proses menuntun, anak diberi kebebasan. Pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan serta arahan agar anak tidak kehilangan arah dan dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Dengan pendidikan budi pekerti yang merupakan keselarasan hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya akan melatih anak untuk memiliki kesadaran tinggi yang utuh untuk menjadi dirinya dan menjadi bagian dari warga masyarakat yang baik.


  ARSIP SOAL ASESMEN BAHASA INGGRIS SMP KURIKULUM MERDEKA TAHUN 2022/2023 Dalam Kurikulum Merdeka , istilah penilaian lebih dikenal dengan i...