MODUL
2.1.A.9 - KONEKSI ANTAR MATERI
MEMENUHI
KEBUTUHAN BELAJAR MURID
MELALUI
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
KONSEP MATERI MODUL 2.1
Dalam Permendikbudristek RI Nomor 5 tahun 2022
tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah telah dijelaskan mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dikuasai oleh murid setelah menyelesaikan masa
belajarnya di suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan ini merupakan profil
dari kualifikasi lulusan yang diharapkan terwujud dalam diri peserta didik dan
merupakan perwujudkan dari apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan
nasional.
Untuk dapat mewujudkan profil kualifikasi lulusan sebagaimana
dijabarkan dalam Standar Kompetensi Lulusan tersebut, tentunya diperlukan suatu
upaya untuk mengembangkan potensi murid dengan semaksimal mungkin. Pembelajaran
berdiferensiasi diyakini akan memungkinkan guru mengoptimalkan potensi murid
dengan mempersempit kesenjangan belajar (learning gap) melalui proses
identifikasi kebutuhan belajar murid yang tepat. Lewat pembelajaran
berdiferensiasi, potensi yang dimiliki murid bukan saja bisa berkembang secara
maksimal, tetapi proses pembelajaran yang dilakukan juga akan lebih memberikan banyak ruang
baginya untuk membuat dan menentukan pilihan dan memberikan suara, sehingga
proses belajar akan menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang
dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan keputusan
yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1.
Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan
secara jelas, bukan hanya bagi guru tapi juga murid-muridnya.
2.
Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar
muridnya.
3.
Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut.
4.
Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’
murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang
tinggi.
5.
Bagaimana guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa
akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
6.
Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan
prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin
berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
7.
Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru menggunakan informasi
yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk
dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana
yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian
menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran.
Pembelajaran
berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dirancang perencanaan dan
pelaksanaan kegiatannya secara sistematis oleh guru agar mampu memenuhi
kebutuhan murid yang beragam di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Dalam hal
ini guru, tentunya memahami bahwa jumlah murid yang diajar di dalam kelas
memiliki memiliki kondisi yang beragam karena sejatinya setiap murid memiliki
keunikannya masing-masing. Menghadapi keunikan keunikan tersebut, guru sebagai
pendidik harus bertindak sebagai fasilitator agar semua murid mampu memahami
dan memproses ide atau informasi yang diperolehnya serta mampu mengembangkan
suatu produk hasil belajarnya secara optimal. Untuk itu, pada pembelajaran
berdiferensiasi, guru perlu mengidentifikasi kebutuhan murid yang beragam dan
merancang strategi pembelajaran yang tepat untuk memfasilitasi keberagaman
tersebut.
Dalam
pembelajaran berdiferensiasi terrdapat tiga macam strategi diferensiasi yaitu;
1.
Diferensiasi Konten
Yaitu mendiferensiasikan
materi pembelajaran kepada murid berdasarkan kebutuhan, dilihat dari kesiapan
belajar murid secara konkret – abstrak, minat belajar murid dengan
mempersiapkan topik atau materi sesuai minat siswa, profil belajar siswa sesuai
gaya belajar, audio, visual, atau kinestetik.
2.
Diferensiasi Proses
Yaitu upaya untuk
membantu murid memahami materi pembelajaran dengan memberi beberapa kegiatan
atau scaffolding sesuai dengan kebutuhan murid.
3.
Diferensiasi Produk
Produk berupa tagihan
atau hasil yang diharapkan dari murid setelah proses pembelajaran, baik berupa
hasil tes, presentasi atau diskusi, pertunjukkan, pidato, diagram dan lainnya
yang mencerminkan pemahaman murid dari tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.
Dalam
pembelajaran berdiferensiasi guru harus terlebih dahulu mengidentifikasi
kebutuhan murid yaitu dari kesiapan belajar murid (lambat-cepat, konkret –
abstrak, mandiri - bantuan, minat murid, profil belajar murid yang meliputi
gaya belajar, latar belakang, dan kecerdasan).
Kesiapan
belajar murid atau readiness adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru.
Jika diibaratkan seperti “The Equalizer” maka ada kondisi kesiapan belajar dari
yang bersifat mendasar menuju bersifat transformatif, dari konkret ke abstrak, dari
sederhana ke kompleks, dari terstruktur ke terbuka (open-ended), dari tergantung
ke mandiri, dan dari lambat menjadi cepat. Guru perlu memahami kondisi kesiapan
para murid ini dan menyesuaikan bentuk fasilitasi yang diberikan pada mereka. Sedangkan
dalam minat belajar maka terdapat “Cocokkan” yaitu mencari kecocokan antara
minat murid dengan tujuan pembelajaran, “Koneksikan” berarti menunjukkan
koneksi antar materi pembelajaran, “Jembatani” yaitu menjembatani pengetahuan
awal dengan pengetahuan baru, dan “Memotivasi” yang memungkinkan tumbuhnya
motivasi murid untuk belajar. Dalam profil belajar murid maka guru perlu
mengidentifikasi lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan,
tingkat kebisingan, jumlah cahaya, kemudian pengaruh budaya dari santai menjadi
terstruktur, pendiam ke ekspresif, personal ke impersonal, gaya belajar murid
juga dengan mengidentifikasi yaitu bisa visual (belajar dengan melihat),
auditori (belajar dengan mendengarkan), kinestetik ( belajar sambil melakukan),
kecerdasan majemuk (multiple intelegences), visual ke spasial, musical bodily
kinestetik, logic matematika. Selanjutnya guru menyesuaikan bentuk layanan
fasilitasinya dengan kondisi para murid ini misalnya dengan memberikan
keleluasaan murid memilih tempat belajarnya apakah di suatu sudut kelas atau di
sudut lainnya atau bahkan di luar kelas.
KONEKSI DENGAN MODUL 1
Pada modul sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Ki Hajar Dewantara
telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan
memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan
lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan
berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan
memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan
bahagia. Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan
ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita
lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi
praktik-praktik pembelajaran kita. Dengan meyakini bahwa setiap anak adalah
unik, maka sebagai pendidik, kita semua juga tentu harus membuka mata terhadap
adanya keberagaman murid-murid di kelas
Saat berbicara tentang keberagaman murid, maka tentu saja
cakupannya sangat luas. Keberagaman murid mungkin dapat berupa: - murid-murid
kita yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak dapat mengakses
teknologi dari rumah sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam pembelajaran
daring; - murid-murid yang memiliki kesulitan memahami bahasa yang digunakan di
kelas, karena ia murid yang baru pindah dari daerah lain; - murid-murid yang
bosan karena ia sebenarnya telah menguasai keterampilan yang diajarkan, sehingga
pembelajaran tidak menantang lagi untuknya; - murid-murid yang saat ini sedang
berjuang keras untuk mencoba memahami apa yang diajarkan, namun karena adanya
kesenjangan yang terlalu jauh antara apa yang ia mampu lakukan dengan apa yang
sedang dipelajari, akhirnya ia tidak bisa membuat koneksi; - murid kita yang
hasil-hasil kerjanya tampak baik, namun di sisi lain memiliki masalah sosial
emosional; - murid kita yang memiliki minat yang besar terhadap bidang
tertentu; - murid-murid kita yang memiliki kesulitan-kesulitan dalam belajar; -
Dan sebagainya. Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai
guru, kita perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan
pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk
mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid
dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan pengalaman
belajar terbaik bagi mereka, maka berarti kita juga harus meyakini bahwa:
1.
semua murid kita bisa
berhasil dan sukses dalam pembelajarannya.
2.
fairness is not
sameness. Bahwa bersikap adil itu bukan berarti menyamaratakan perlakuan kepada
semua murid.
3.
setiap murid memiliki
pola belajarnya sendiri yang unik.
4.
praktik-praktik
pembelajaran perlu ditelaah efektifitasnya lewat bukti-bukti yang diambil dari
pengalaman demi pengalaman.
5.
guru adalah kunci dari
keberhasilan pengembangan program pembelajaran murid-murid di kelasnya.
6.
guru membutuhkan
dukungan dari komunitas yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan belajar
yang mendukung semua siswa.
Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.